
Lama nggak 'terlibat' dengan seeorang, mulai berdatangannya undangan pernikahan disusul dengan kehilangan lagi satu teman, direnggut oleh perubahan status dari single menjadi married; membuat relationship-alert-ku semakin kenceng. But it's not about frustated atau seperti kebanyakan orang yang mengalami ini, jadi ngerasa diburu deadline untuk cepat-cepat menemukan seseorang, NO! Aku juga nggak mau kok kalo end up hanya dengan Mr. Why Not... Mungkin, ini lebih kepada... the idea: maybe now could be my time too...
Just...
When this someone-guy, Mr. Should Be Tried, datang dari masa lalu, aku nggak bisa membendung rasa excited-ku. Apalagi semua kejadian belakangan ini kok seperti pertanda ya? Tapi, yah... memang segala yang sempurna itu bisa jadi nggak berakhir seperti yang kita harapkan. Begitu kami bertemu... hm...
Just...
We got nothing in common! (What?! Again?! Mau berkilah lagi dengan alasan itu?! Atau jangan-jangan aku memang mulai alergi sama yang namanya komitmen, sampai-sampai begitu udah ditawarin di depan mata pun, masiiiih aja demanding?)
Hey! Hey! Tar dulu!
It's just...
He keep talking about how awful being the last single man-standing on his office; about those wedding invitations, or in the other words... "Honey, we've flirted on text messages, emails, and phones, so, let's get married!"
I was freak out!
Or was I?
Karena aku inget banget kok malem itu aku masih bicara dengan speed normal, instead of tiba-tiba bungkam atau bicara cepat kayak kalo biasanya aku nervous? Bahkan aku masih bersedia diantar pulang!
Just...
I realized, ternyata aku nggak segitunya menginginkan ini semua. Ketika bukan bersama orang yang benar-benar aku inginkan, what I felt at that nite is.. I never missed my single best friends that much...